Pantas Orang Medan Ramai-ramai Berobat ke Pulau Penang

Pagi itu masih dingin. Tapi massa sudah membludak mengambil nomor antri sekaligus menunggu giliran dipanggil. Dari postur tubuh dan bahasa sulit dikenal dari mana saja asal massa yang ramai membludak
itu. Melihat wajah, warna kulit dan etnisnya bisa saja orang ASEAN, yang tinggal di Malaysia, Indonesia, Singapore, Thailand dan Brunai Darusallam. Tetapi begitu Anda dekat dan dengar bahasanya, sekalipun
memiliki kulit putih mata sipit, sawo matang dan rambut hitam legam, langsung Anda tebak: "Dari Medan ya!!" Dan itu jugalah bukti di pagi yang dingin itu, massa yang membludak itu pada umumnya orang Medan.
Selebihnya Aceh, Jakarta dan penduduk setempat. Satu dua ada dariThailand.

Kenapa Harus ke Penang ?
Saat duduk menanti giliran dipanggil, penulis duduk santai. Tiba tiba seorang pria setengah baya berbicara kepada seorang Ibu di sampingnya. "Ibu dari Medan ya?" "Ya" jawab wanita itu. "Saya dari Aceh..." ucap
pria itu lalu melanjutkan. "Dulu kami berobat ke Medan. Tapi Ibusendiri orang Medan sudah ke Penang, bagaimana mungkin lagi kami yangdari Aceh ke Medan, sedangkan orang Medan saja sudah tidak mau berobat di Medan" lanjutnya membuat Ibu itu tersenyum pahit. Tak tahu mau komentar apa. Tapi dari komentar itu sebagai dapat diduga pelayanan kesehatan pada tempat tertentu di Medan mengalami penurunan, tidak memuaskan. Sebagai dampaknya orang meninggalkan dan mencari tempat
yang memuaskan.

Kisah lain yang menambah panjang daftar kecewa pasien pada hari itu juga datang dari seorang pria pasien dari Pematang Siantar. Di kotanya tinggal itu dia sudah divonnis dokter setempat mengalami penyakit gagal ginjal, dan diwajibkan rutin datang berobat kepada sang dokter yang memberi diagnosa itu.

Mendengar Penang sorga penyembuhan bagi siapa saja, dia pun mencobanya. Mengambil chek up paket B seharga RM 368. Uang Indonesia sekitar Rp 1.120.000,- Seharian sejak pagi diperiksa dengan seksama. Mulai dari pengambilan darah, urine, pemeriksaan jantung, ginjal, paru dan seterusnya. Kesimpulan dokter di
Rumah Sakit Lam Wah Ee ini ternyata ginjalnya sedikit pun tidak mengalami gangguan. Kontan pria setengah umur ini bersorak gembira penuh bahagia. Dan, saat itu dalam hatinya timbul dendam, membenci dokter yang sudah memvonnisnya gagal ginjal itu. Dalam percakapan dengan teman teman di Penang, dia bahkan ingin membabi buta memberondong dokter yang salah mendiagnosa itu. Tetapi teman-temannya di Penang itu menasehati supaya jangan bertindak salah.

Kasus lain yang tak kalah seru terjadi pada seorang pasien. Di Medan operasi prostad. Setelah dioperasi bukannya sehat tetapi malah menderita sakit tak ketulungan. Keluarga mufakat lalu membawa ke Penang. Sampai di Penang difoto dan dilakukan operasi ulang. Kenapa? Bukan karena memperbaiki yang diduga sumber penyakit itu, tidak, tetapi karena kain kassa tertinggal di dalam. Apa tak semakin sakitdan menderita pasien. Keluarga mufakat menuntut dokter di Medan itu. Tetapi sayang, dokter Penang tidak mau dilibatkan dalam kasus tersebut, sebab nanti berujung panjang. Atas desakan keluarga, sang dokter Penang diminta supaya bersedia memberi kesaksian dan keterangan bahwa terjadi kesalahan operasi berikut memberikan bukti kain kassa yang tertinggal di dalam tubuh itu. Daripada menanggung nama tercemar dan aib tak tertolong, akhirnya dokter Medan yang kurang cermat mengoperasi itu bersedia berdamai dengan membayar semua biaya operasi di Penang plus menanggung ongkos pesawat Pulang Pergi dan tanpa terpaksa bersedia mengembalikan uang operasi sewaktu di Medan. Dengan catatan perdamaian, kasus tidak diangkat ke permukaan. Itulah kegagalan dan kelemahan perawatan di suatu tempat di kota Medan dan Siantar.

Tentu cerita jelek ini cepat menular ke mana saja dan itu pulalah membuat masyarakat kota Medan dan sekitarnya tidak sudi berobat di tempat asalnya. Lantas, bagaimana rupanya hebatnyaperawatan di Penang? Penulis sendiri waktu itu memang tidak mau opname. Tetapi cuma check up saja. Jadi tidak ada diminta panjar atau uang jaminan. Di Medan, hampir merata Rumah Sakit meminta jaminan (uang berobat) lebih dahulu kalau ada keluarga yang masuk untuk opname. Jika tidak ada, ya tunggu saja di ruang UGD.

Di Penang para dokter tidak serakah. Kalau memang penyakit yang dihadapinya bukan bidangnya tidak akan dilayani. Masyarakat awam sangat jarang memahami apa yang dimaksud dengan dokter specialis. Bagi
masyarakat awam kalau sudah dikatakan dokter spesialis penyakit dalam maka semua yang berkaitan dengan penyakit dalam entah itu hati, jantung, ginjal dan lever, maka ditangani dokter tersebutlah. Di
Penang, dokter spesialis penyakit dalam tentang hati, tidak akan mau menangani penyakit dalam tentang ginjal. Kalau di Medan, pengalaman banyak teman mengatakan semua disanggupi seolah takut tak dapat pasien lagi. Tidak heran, isteri seorang hamba Tuhan tak pernah sembuh dari penyakit kandungan yang dialaminya saat diobati dokter penyakit kandungan di Medan, karena dokter kandungan itu bukan ahli dalam
bidang penyakit (kuman) sebab dianya ahli dalam bidang kesuburan. Di Penang dengan legowo dokter menganjurkan pasien sakit ginjal pergi berobat ke dokter spesialis penyakit ginjal sekalipun itu ke rumah
sakit lain.

Di Medan kalau ada pasien mau pulang karena merasa tidak cocok, malah yang datang "ancaman", kalau bapak sepulang dari sini semakin parah saya tidak bertanggungjawab ya.... Kadang saking takutnya dengan "ancaman" sang dokter pasien pun tak jadi pulang. Akhirnya bayar kamar dan obat serta biaya kunjungan rutin dokter lagi. Lagi lagi dan terus. Di Penang tidak satu dua lagi dialami para pasienyang menderita penyakit tertentu tetapi dengan sportif dianjurkan sang dokter agar pergi ke dokter yang memang spesialis untuk itu. Contoh kasus. Si A datang ke Hospital Lam Wah Ee. Dari hasil general check up si A menderita gangguan ginjal. Dokter di  Rumah Sakit Lam Wah Ee dengan baik memberitahukan supaya pergi berobat ke Hospital Loh GuanLye. Si A bertahan minta supaya tetap di RS Lam Wah Ee tetapi si dokter tetap tidak terima karena ahlinya ada di Hospital Loh Guan Lye. Itulah sportifnya di sana. Tidak rebutan atau serakah! Dengan demikian penyakit dapat ditanggulangi tepat guna dan tepat sasaran. Peluang sembuh pun sangat tinggi. Pasien pun jadi senang dibuat.

Kemudian kenapa pasien (sebagai orang baru) senang datang dan tak merasa khawatir ditelantarkan? Tak lain sejak mulai mendaftar sampai mendapat perawatan terus dibimbing oleh perawat yang bertugas untuk
itu. Namanya pendatang baru, seluk beluk rumah sakit yang relatif besar itu tentu tak dikuasai entah di lantai berapa dan kamar mana, tetapi dengan ramah tetap dan terus dibantu dan dibimbing para perawat sampai di tempat tujuan bahkan sampai selesai ditangani pengobatannya. Enaknya lagi, bagi yang ingin pulang melalui airport/bandara silahkan mendaftarkan diri, nanti tiba waktunya diantar dengan gratis. Padahal
kalau naik taksi minimal bayar RM 50 setara Rp 150.000,-

Dengan kisah sederhana dan pengalaman singkat ini, hati pun berkata: Pantaslah orang Medan ramai ramai berobat ke Pulau Pinang. Sebab servicenya memuaskan dan cara pengobatannya pun sangat profesional!
Selamat berobat ke Penang atau Pulau Pinang!

Sumber: http://www.analisadaily.com/news/read/2012/05/15/50794/pantas_orang_medan_ramairamai_berobat_ke_pulau_penang/#.T8t9sJcGymg.email


Informasi lebih lanjut untuk berobat ke Penang hubungi:
Lamuri Ebad Wisata
Jl Daud Beureu'eh No 122 Banda Aceh
HP 0811680304/0812269949495
E-mail: lukman.age@gmail.com
Pin BB: 51A65D5A
www.ebadlamuri.com
Melayani seluruh pasien dari Indonesia untuk informasi rumah sakit, pendaftaran, hotel/apartemen. jemputan airport, tiket pesawat dan kebutuhan medical traveling lainnya ke Penang